Di era sepak bola yang penuh pemain viral dari Eropa atau Amerika Selatan bagian selatan (baca: Brasil, Argentina), muncul satu nama yang nggak banyak masuk radar, tapi selalu bisa bikin masalah buat lawan: Salomón Rondón.
Kalau kamu tipe penonton bola yang doyan striker-striker garang, model target man klasik, yang kuat, tahan bola, dan selalu main all out, maka Rondón adalah definisi harfiahnya. Dari Venezuela—negara yang lebih sering disorot karena politik dan minyak—datang satu sosok striker yang jadi simbol perjuangan dan kerja keras.
Dia bukan pemain dengan highlight video paling indah, tapi siapa pun yang pernah berduel sama dia tahu: Rondón bukan lawan yang bisa diremehkan.

Awal Karier: Dari Caracas ke Eropa
Nama lengkapnya José Salomón Rondón Giménez, lahir di Caracas, Venezuela, pada 16 September 1989. Waktu kecil, Rondón udah nunjukin bakat dan mental fighter. Gede di lingkungan yang nggak gampang, dia nggak cuma jadi anak lapangan, tapi juga anak tempaan.
Karier profesional dimulai di klub lokal Aragua FC sebelum akhirnya dia dilirik klub Spanyol, UD Las Palmas, dan hijrah ke Eropa saat masih remaja. Nggak banyak pemain Venezuela yang bisa langsung dapat kesempatan kayak gini, dan Rondón tahu banget betapa pentingnya momen ini. Dia nggak buang-buang waktu buat adaptasi.
Di Las Palmas, dia tampil cukup konsisten di Segunda División (Divisi 2 Spanyol), dan akhirnya ditarik Málaga CF ke La Liga tahun 2010. Di sinilah namanya mulai dikenal publik Eropa secara luas.
Meledak di La Liga: Fisik Kuat, Gol Bertubi-Tubi
Di Málaga, Rondón jadi striker muda yang disorot karena fisiknya yang luar biasa untuk pemain 20-an. Dia tinggi, kuat, duel udara oke, dan finishing-nya juga tajam. Musim 2011/12 jadi musim breakthrough-nya—dia nyetak 11 gol di La Liga, dan jadi top scorer tim, ngalahin nama-nama besar yang lebih senior.
Waktu itu, Málaga lagi naik daun karena dibeli investor kaya. Rondón sempat main bareng pemain-pemain top kayak Santi Cazorla dan Isco. Tapi justru karena klub mendadak punya banyak duit, dia mulai tersisih dan akhirnya cari tantangan baru.
Petualangan ke Rusia: Zenit dan Reputasi Target Man Internasional
Rondón kemudian pindah ke Rusia dan bergabung dengan Rubin Kazan, lalu Zenit St. Petersburg. Nah, di sinilah dia mulai dapat label “striker tangguh dari Amerika Latin.” Di Rusia, dia berkembang jadi striker komplet: tahan badan, jago duel, dan punya ketenangan di kotak penalti.
Bareng Zenit, dia main di Eropa, cetak gol di Liga Europa, dan bener-bener jadi pemain utama. Di liga yang keras secara fisik, Rondón nggak cuma bertahan, dia mendominasi. Ini bikin klub-klub besar Eropa mulai melirik.
Premier League Calling: West Brom, Newcastle, dan Rafa Benítez
Tahun 2015, dia pindah ke West Bromwich Albion, dan jadi pemain Venezuela termahal saat itu. Premier League jelas lebih berat, tapi Rondón lagi-lagi nunjukin dia bisa adaptasi. Nggak banyak gaya, tapi fungsional banget.
Di West Brom, dia jadi target man klasik yang bikin pertahanan lawan stres. Walaupun nggak selalu jadi top scorer liga, kontribusinya jauh lebih luas: narik bek, buka ruang, jadi pemantul buat pemain lain.
Highlight-nya? Mungkin waktu pindah ke Newcastle United di bawah asuhan Rafa Benítez. Bareng Rafa, Rondón jadi ujung tombak yang dimanjakan. Dia nyetak 11 gol di musim itu dan fans Newcastle langsung jatuh cinta sama gaya mainnya—keras, no drama, dan loyal.
China, Everton, dan Reuni dengan Benítez Lagi
Setelah masa di Premier League, Rondón sempat hijrah ke Liga China, gabung Dalian Professional, lagi-lagi di bawah pelatih yang sama: Benítez. Kelihatan banget kalo sang pelatih emang percaya banget sama Rondón. Dan bener aja, dia tetap produktif di Liga China, sambil tetap tampil di Timnas.
Waktu Benítez balik ke Inggris dan melatih Everton, Rondón juga diboyong. Tapi kali ini kondisinya beda. Fisiknya udah mulai drop, ritme Premier League makin cepat, dan dia nggak bisa terlalu banyak kasih impact. Tapi secara profesionalitas? Rondón tetap total.
Setelah itu, dia sempat main di River Plate di Argentina—membuktikan kalau dia masih punya magnet buat klub-klub besar di Amerika Selatan. Bahkan di usia kepala tiga, dia tetap jadi pemain penting.
Timnas Venezuela: Ikon, Kapten, dan Inspirasi
Di level internasional, Rondón adalah legenda hidup Venezuela. Dia udah nyetak lebih dari 30 gol buat timnas—rekor sepanjang masa buat negaranya. Di negara yang nggak punya tradisi kuat dalam sepak bola, Rondón adalah simbol harapan.
Dia pernah bawa Venezuela sampai semifinal Copa America 2011, dan sejak itu terus jadi tumpuan utama. Nggak peduli dia main di Rusia, China, atau Inggris—kalau Venezuela main, Rondón pulang.
Buat generasi muda di negaranya, dia bukan cuma striker. Dia ikon. Bukti bahwa meski datang dari negara yang sering diremehkan, lo tetap bisa bersinar asal kerja keras dan percaya proses.
Gaya Bermain: Classic No. 9, Tapi Nggak Ketinggalan Zaman
Rondón adalah tipe striker yang sekarang mulai jarang: target man murni. Dia bukan tipe lincah kayak Aguero, bukan juga tipe skillful kayak Neymar. Tapi dia dominan secara fisik, bisa tahan bola, dan punya tendangan keras yang sering bikin kiper kaget.
Dia juga pintar cari posisi, dan yang penting: nggak egois. Banyak banget assist atau gol yang tercipta karena dia buka ruang atau narik bek. Buat tim yang suka main crossing atau long ball, Rondón adalah mimpi yang jadi nyata.
Yang bikin dia beda? Mentalitas. Dia mau kerja kotor, pressing, duel, lari sampai menit 90. Nggak banyak striker yang punya energi dan etos kerja sekuat itu, apalagi di usia yang makin tua.
Legacy: Bukan Bintang Viral, Tapi Bintang Sejati
Rondón nggak pernah jadi headline di Ballon d’Or, nggak pernah trending karena trik spektakuler, dan nggak masuk radar anak-anak yang doyan highlight TikTok. Tapi dia punya karier panjang di lima negara beda, udah main di Liga Champions, Copa Libertadores, Premier League, dan Copa America.
Buat banyak pemain dari negara kecil, Rondón adalah contoh nyata bahwa mimpi itu bukan eksklusif buat negara elite sepak bola. Lo bisa bikin sejarah, lo bisa jadi legenda, bahkan tanpa titel atau trofi mewah.
Yang lo butuh? Konsistensi, mental baja, dan kerja keras yang nggak bisa digantikan hype.
Penutup: Rondón Adalah Bukti Kalau Konsistensi Itu Lebih Berharga dari Popularitas
Salomón Rondón mungkin bukan striker yang selalu disorot kamera. Tapi di setiap klub yang dia bela, dia ninggalin jejak. Dari Caracas sampai China, dari La Liga sampai Premier League, dia selalu kasih 100%.
Di era di mana striker sering dinilai dari followers dan viralitas, Rondón tampil beda: low profile tapi berdampak. Dia hidup dari kerja keras, loyalitas, dan dedikasi penuh buat tim.
Dan buat pemain muda di negara-negara yang dianggap “pinggiran”, kisah Rondón adalah pelajaran berharga: lo nggak harus langsung jadi bintang, asal lo konsisten, lo bakal bersinar di waktu yang pas.
Respect, Rondón. You did it your way.